Entri Populer

Kamis, 10 November 2011

SYUKUR NIKMAT ( KHUTBAH JUM'AT)

SYUKUR NIKMAT
Abu Hudzaifah

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا, من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له. وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله.
ياأيها الذين ءامنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون
ياأيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة وخلق منها زوجها وبث منهما رجالا كثيرا ونساء واتقوا الله الذي تساءلون به والأرحام إن الله كان عليكم رقيبا
ياأيها الذين ءامنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا, يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم ذنوبكم ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما
أما بعد, فإن أصدق الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمT  وشر الأمور محدثاتها وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة فى النار.
اللهم صل على محمد وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين
Jama'ah jum'at rahimakumullah
Segala puji bagi Allah سبحانه وتعالى yang telah menganugrahkan nikmat iman dan Islam sebagai nikmat tertinggi. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada semulia-mulia Nabi dan Rasul Muhammad Bin Abdillah, keluarga, sahabat dan pengikut-pengikut beliau hingga hari pembalasan.
Hadirin yang berbahagia, jika kita merenungkan nama Allah سبحانه وتعالى yang  indah Ar-Rahman ( maha pengasih ) dan Ar-Rahim ( maha penyayang ), maka kita akan menemukan hal-hal yang sangat luar biasa. Dengan Ar-Rahim-Nya Allah سبحانه وتعالى telah menjamin kelangsungan hidup seluruh makhluk-Nya dengan rezki yang berlimpah, baik bagi mereka yang ingkar maupun yang taat kepada-Nya. Dengan Ar-Rahman-Nya Allah سبحانه وتعالى mengkhususkan mereka yang taat dengan pahala yang berlipat dan kenikmatan abadi yang tiada Bandingannya. Semoga kita dapat bersyukur dengan nikmat hidayah yang dengannya kita dapat melakukan berbagai macam ketaatan kepada Allah سبحانه وتعالى .

Jama'ah jum'at rahimakumullah
Syukur adalah memuji Allah سبحانه وتعالى atas segala nikmat-Nya yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya. Dengan senantiasa bersyukur maka nikmat-nikmat Allah سبحانه وتعالى akan senantiasa bertambah dan berberkah. Al-Qur'an menyebutkan :
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ ( إبراهيم : 7 )
Artinya : Dan Ingatlah tatkala Tuhanmu mema'lumkan " Sesungguhnya jika kamu bersyukur niscaya Kami akan menambah ( nikmat ) kepadamu, dan bila kamu kufur sesungguhnya azab-Ku sangat pedih ( Q.S. Ibrahim : 7 )

Benarnya syukur seseorang sangat ditentukan oleh tiga hal yaitu : Pertama, mengakui nikmat itu secara batin. Kedua, menyebut-nyebut nikmat tersebut secara lisan dan Ketiga, menggunakan nikmat tersebut dalam ketaatan kepada Allah سبحانه وتعالى .
Mengakui secara batin artinya meyakini dengan keyakinan yang benar bahwa seluruh nikmat tersebut berasal dari Allah سبحانه وتعالى semata. Menyebut-nyebut nikmat tersebut secara lisan artinya selalu menyebut nikmat tersebut diikuti dengan memuji Allah سبحانه وتعالى sebagai sumber segala kenikmatan. Menggunakan nikmat tersebut dalam ketaatan artinya berhati-hati jangan sampai ada diantara nikmat-nikmat tersebut yang teralokasi pada hal-hal yang diharamkan Allah سبحانه وتعالى.
Mengetahui nikmat merupakan rukun syukur dan jalan untuk mengetahui Pemberi nikmat.
Nikmat Allah سبحانه وتعالى tidak terbatas pada kebutuhan-kebutuhan materi duniawi semata akan, tetapi segala hal yang berkaitan dengan keselamatan manusia di dunia dan di akhirat juga termasuk diantara nikmat-nikmat Allah سبحانه وتعالى .
Abu Darda' mengatakan, " Barang siapa yang tidak mengenal nikmat Allah سبحانه وتعالى selain makan dan minum berarti dia adalah orang yang picik dan azab Allah سبحانه وتعالى telah menimpanya.
Agar seorang hamba mampu merasakan nikmat Allah سبحانه وتعالى sekecil apapun yang dianugrahkan padanya, maka salah satu cara yang diajarkan oleh Rasulullah T adalah dengan senantiasa membandingkan nikmat tersebut dengan nikmat lain yang lebih sedikit. Beliau bersabda :
أنظروا إلى من هو أسفل منكم ولا تنظروا إلى من هو فوقكم, فهو أجدر أن لا تجدروا نعمة الله عليكم ( متفق عليه )
Artinya : Lihatlah kepada siapa yang berada di bawah kamu dan janganlah kamu melihat kepada siapa yang di atas kamu, karena yang demikian itu lebih pantas, agar kamu tidak meremehkan nikmat Allah سبحانه وتعالى yang ada padamu                            ( H.R. Bukhari-Muslim  )

Syukur terhadap nikmat Allah سبحانه وتعالى tidak akan lahir kecuali dengan baiknya persepsi dan pandangan serta merasa cukup ( qana'ah ) dari apa yang telah ditetapkan Allah سبحانه وتعالى  kepada seorang hamba. Jika jiwa merasa cukup dengan nikmat Allah سبحانه وتعالى, akan lahir ketenangan hati dan perasaan serta ridha terhadap pembagian Allah سبحانه وتعالى . Jiwa tidak lagi terlalu tamak dengan dunia dan mata tidak lagi tertambat dengan orang-orang yang memiliki banyak kelebihan duniawi.
Akan tetapi jika yang terjadi adalah sebaliknya dimana kecenderungan memandang kepada mereka yang berada di atas lebih dominan maka sebanyak apapun bertambahnya harta benda dan pasilitas seseorang, pasti dia akan menemukan keadaan orang yang lebih baik dan lebih banyak hartanya dari dirinya.
Tingginya nilai syukur di sisi Allah سبحانه وتعالى menyebabkan Iblis, musuh abadi manusia menjadikan salah satu target utamanya dalam menyesatkan manusia adalah dengan menjauhkan mereka dari kesadaran untuk bersyukur kepada Allah سبحانه وتعالى. Al- Qur'an mengatakan :
ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ            ( الأعراف : 17 )
Artinya : ( Iblis berkata ) : Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan belakang mereka, dari kanan dan kiri ( untuk menyesatkan ) mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur ( Al-A'raf : 17 )
Dalam ayat lain disebutkan :
وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ ( سباء : 13 )
Artinya : Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur ( Saba' : 13 )

Abu Al-Mugirah pernah ditanya tentang kabarnya di suatu pagi, maka beliau menjawab, " Pagi ini kita tenggelam dalam lautan nikmat tetapi sedikit sekali bersyukur. Rabb kita menampakkkan cinta-Nya kepada kita padahal Dia tidak membutuhkannya. Sedangkan kita menampakkan kebencian kepada-Nya padahal kita sangat membutuhkan-Nya ".

Jama'ah jum'at rahimakumullah
Syukur memiliki banyak keutamaan, diantaranya :
Pertama : Dengan syukur seseorang berhak atas karunia Allah سبحانه وتعالى . Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur'an :
وَكَذَلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لِيَقُولُوا أَهَؤُلَاءِ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِنَا أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِالشَّاكِرِينَ        ( الأنعام : 53 )
Artinya : Dan demikianlah kami menguji sebahagian diantara mereka ( orang kaya) dengan sebahagian yang lain ( orang miskin ), supaya ( orang kaya berkata ) : Orang-orang semacam inikah diantara kita yang  diberi karunia oleh Allah سبحانه وتعالى ?. Bukankah Allah سبحانه وتعالى lebih mengetahui orang-orang yang bersyukur ? ( Al-An'am : 53 )

Kedua : Syukur dapat menyelamatkan orang dari azab Allah سبحانه وتعالى . Al-Qur'an mengatakan :
مَا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَءَامَنْتُمْ وَكَانَ اللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا ( النساء : 147 )
Artinya : Mengapa Allah سبحانه وتعالى mengajab kalian jika kalian bersyukur dan beriman. Dan Allah سبحانه وتعالى maha mensyukuri lagi maha mengetahui                     ( An-Nisa' : 147 )

Ketiga : Syukur menjamin langgeng dan bertambahnya nikmat Allah سبحانه وتعالى . sebaliknya, jika kufur maka Allah سبحانه وتعالى akan menyiksa orang yang kufur dengan azab-Nya yang pedih. Firman Allah سبحانه وتعالى :
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ ( إبراهيم : 7 )
Artinya : Dan Ingatlah tatkala Tuhanmu mema'lumkan " Sesungguhnya jika kamu bersyukur niscaya Kami akan menambah ( nikmat ) kepadamu, dan bila kamu kufur sesungguhnya azab-Ku sangat pedih ( Q.S. Ibrahim : 7 )

Umar Bin Abdul aziz berkata, " Ikatlah nikmat Allah سبحانه وتعالى dengan banyak bersyukur.

Jama'ah jum'at rahimakumullah
Semoga Allah سبحانه وتعالى menggolongkan kita diantara hamba-hamba-Nya yang pandai bersyukur. Ya Allah ! bantulah kami dalam mengingat-Mu dan bersyukur pada-Mu dan dalan beribadah kepada-Mu.
رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ.

بارك الله لي ولكم فى القرآن الكريم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم , أقول قولي هذا واستغفر الله إنه هو الغفور الرحيم.



JIKA TIDAK INGIN MENDERITA


Jika anda tidak ingin menderita...

...Ekspresikan perasaan anda

Emosi dan perasaan selalu tersebunyi, tertekan, dan berakhir menjadi  penyakit : lambung, luka dalam,sakit pinggang dan punggung. Suatu saat tekanan pada perasaan akan berubah menjadi penyakit seperti kanker. Sekarang marilah kita berusaha untuk saling mempercayai,berbagi tentang keakraban , “rahasia“ dan kesalahan kita ! Dialog, curhat, dan kata-kata, adalah obat yang ampuh dan therapi yang sangat mujarab! 
 
Jika anda tidak ingin menderita...

...Buatlah Keputusan.

Orang yang tidak bisa membuat keputusan menjadi peragu, gelisah, dan kurus. Keputusan yang tak pernah dibuat akan terakumulasi menjadi masalah, kecemasan dan sikap agresif. Sejarah manusia dibuat berdasarkan keputusan . Membuat keputusan adalah secara persis tahu  cara meninggalkan , tahu  hilangnya suatu kesempatan and tahu  nilai-nilai menghargai orang lain.  Mereka yang tak bisa membuat keputusan menjadi korban dari  penyakit lambung, frustasi dan masalah kesehatan lainnya.

Jika anda tidak ingin menderita...

...Temukanlah Solusi

Mereka yang berpikir negatif tak akan menemukan solusi dan malah memperbesar masalah. Mereka cenderung selalu meratap,ber-gossip dan pesimis. Lebih baik kita menyalakan pelita ketimbang saling mencerca dalam kegelapan. Lebah itu mahluk mungil , namun sanggup menghasilkan salah satu produk yang paling manis yang pernah ada. Kita adalah apa yang kita pikirkan. Berpikir negatif akan menghasilkan energi negatif yang akan berubah menjadi penyakit.

Jika anda tidak ingin menderita...

...Jangan sok Ja’im.

Lari dari kenyataan, kepura-puraan , dan selalu menunjukkan tidak mempunyai masalah apapun adalah sesutu yang salah. Seseorang yang selalu ingin dilihat sempurna , main serba gampang segalanya dll , akan ter-akumulasi menjadi beban yang maha berat nantinya. Ibaratnya seperti patung perunggu dengan kaki yang terbuat dari tanah liat !. Tidak ada yang buruk bagi kesehatan selain hidup apa adanya dan saling berdampingan. Jangan lah jadi orang yang penuh berlapis “ kosmerik kehidupan “ dan akar kehidupan yang rentan. Tujuan akhir orang seperti ini cuma di apotik dan rumah sakit dengan segala penderitaannya.

Jika anda tidak ingin menderita...

...Terbukalah

Penolakan dan hilangnya harga diri akan membuat kita menjadi mengasingkan diri sendiri.  Menjadi satu dengan  bagian diri sendiri adalah komponen hidup yang sehat. Mereka yang tidak dapat menerima hal ini akan menjadi dengki, iri hati, suka akan kepalsuan, berkompetisi yang tidak sehat, cenderung merusak. Terbukalah, terbuka bahwa anda pun dapat menerima, terbuka pula terhadap semua saran dan kritik. Ini jauh lebih bijak dan suatu hal yang baik.

Jika anda tidak ingin menderita...

...Percayalah

Siapapun yang tidak percaya, akan sulit berkomunikasi, tidak akan terbuka, tidak akan bisa berhubungan, tidak dapat membina & menjaga hubungan harmonis, tidak akan mengerti persahabatan yang sejati. Tanpa rasa percaya diri, tidak akan ada persahabatan. Ketidak percayaan adalah kurangnya keimanan pada anda dan pada agama itu sendiri.

Jika anda tidak ingin menderita...

...Jangan Bermurung Diri
Mainkan humor yang sehat. Tertawalah. Santailah. Be happy. Hal ini adalah metode “charger “ kesehatan yang membuat umur lebih panjang. Mereka yang selalu gembira memiliki sesuatu yang dapat memperbaiki  lingkungan dimanapun mereka tinggal. Humor yang sehat menyelamatkan kita dari pertolongan dokter .Kegembiraan adalah suatu therapi yang menyehatkan dalam kehidupan.



Kirim pesan ini ke teman – teman anda sehingga mereka juga tidak akan pernah menderita . . . . . .
Sent  by :
Hendra Sa’ing

FOTO ANAK LUCU






Rabu, 09 November 2011

HADIS AHLAK TERPUJI

2 HAL YANG PALING BANYAK MEMASUKAN ORANG KE DALAM SYURGA DAN NERAKA

Khutbah Pertama
Pembukaan
حدثنا أبو كريب محمد بن العلاء, قال: حدثنا عبد الله بن ادريس, قال : حدثني أبي, عن جدي, عن أبي هريرة : قال سئل رسول الله صلى الله عليه و سلم عن أكثر ما يدخل الناس الجنة؟ فقال :  )تقوى الله و حسن الخلق), و سئل عن أكثر ما يدخل الناس النار؟ فقال: (الفم و الفرج).
Artinya:
Memberitakan kepada kami Abu Kuraib Muhammad bin al-‘Ala, berkata: memberitakan kepada Kami ‘Abdullah bin Idris, berkata: bapakku memberitakan kepadaku, dari kakekku, dari Abu Hurairah, berkata; Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang hal yang menyebabkan kebanyakan manusia dimasukan ke dalam syurga? Maka beliau menjawab: takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik. Dan ketika di ditanya; apakah yang menyebabkan kebanyakan manusia dimasukan ke dalam neraka? Beliau menjawab: mulut dan kemaluan.

Hadits-hadits ini adalah menerangkan keutamaan akhlak yang baik, darinya adalah hadits yang berasal dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam ditanya; hal apa yang menyebabkan kebanyakan manusia masuk ke dalam syurga? Yakni sesuatu apakah itu yang menyebabkan kebanyakan manusia dimasukan ke dalam syurga? Maka Rasulullah menjawab: takwa kepada Allah dan berbuat baik.
Takwa kepada Allah Ta’ala, pengertian dari kalimat ini adalah menjalankan semua perkara yang diperintahkan oleh Allah dan meninggalkan semua larangan yang dilarang oleh-Nya, inilah yang disebut dengan takwa, karena takwa diambil dari kata wiqoyah, yang berarti bahwa semua manusia meminta perlindungan dari adzab Allah dan tidak ada sesuatupun yang dapat melindungi dari adzab Allah kecuali menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.[1]
Di antara ciri-ciri orang yang bertaqwa kepada Allah itu adalah:
1.      Gemar menginfaqkan harta bendanya di jalan Allah, baik dalam waktu sempit maupun lapang.
2.      Mampu menahan diri dari sifat marah.
3.      Selalu memaafkan orang lain yang telah membuat salah kepadanya (tidak pendendam).
4.      Tatkala terjerumus pada perbuatan keji dan dosa atau mendzalimi diri sendiri, ia segera ingat kepada Allah, lalu bertaubat dan beristighfar, memohon ampun kepada-Nya atas dosa yang telah dilakukan.
5.      Tidak meneruskan perbuatan keji itu lagi, dengan kesadaran dan sepengetahuan dirinya.[2]
Sedangkan akhlak merupakan tolak ukur kesempurnaan iman seorang hamba sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam : “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya.”[3]
Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu mengabarkan bahwa suatu saat Rasulullah pernah ditanya tentang kriteria orang yang paling banyak masuk syurga. Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: تقى الله و حسن الخلق) ( ”Taqwa kepada Allah dan Akhlak yang Baik.”[4]
Tatkala Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menasehati sahabatnya, beliau shalallahu ‘alahi wasallam menggandengkan antara nasehat untuk bertaqwa dengan nasehat untuk bergaul/berakhlak yang baik kepada manusia sebagaimana hadits dari abi dzar, ia berkata bahwa Rashulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada dan balaslah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan menghapus kejelekan dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.”[5]
            Dan kebanyakan yang menyebabkan manusia masuk ke dalam neraka adalah  الفم و الفرج(mulut dan kemaluan). Adapun mulut yakni ucapan lisannya karena sesungguhnya manusia terkadang mengucapkan kalimat tanpa peduli kalau hal tersebut akan menyebabkan ia masuk ke dalam neraka selama tujuh puluh musim atau tujuh puluh tahun,[6] wa na’udzu billah min dzalik.
Berbicara  tidaklah melelahkan manusia, tidak seperti aktifitas tangan, kaki, dan mata sering melelahkan manusia. Karena aktifitas lidah itu tidak melelahkan, maka sering didapatkan orang banyak bicara sesuatu yang membahayakan dirinya, seperti ghibah, namimah, melaknat, mencela, dan mencaci, akan tetapi ia tidak menyadari hal itu, sehingga ia memperoleh dosa yang banyak karena perbuatannya itu.
Dalam makalah ini, penulis menerangkan perbuatan mulut yang sering dilakukan oleh manusia yaitu ghibah. Ghibah artinya engkau menyebut-nyebut orang lain yang tidak ada di sisimu dengan suatu perkataan yang membuatnya tidak suka jika mendengarnya, baik yang menyangkut kekurangan pada badannya, seperti penglihatannya yang kabur, buta sebelah matanya, kepalanya yang botak, dan lain-lainnya, atau yang menyangkut nasabnya, seperti perkataanmu, “Ayahnya berasal dari rakyat jelata, ayahnya orang India, orang fasiq” dan lainnya, atau menyangkut akhlaknya, seperti perkataanmu, “Dia akhlaknya buruk dan orangnya sombong”, dan lain-lainnya.[7]
            Adapun farj (kemaluan) maksudnya di sini adalah zina, dan lebih keji dari itu adalah liwath (homo seksual). Hal yang demikian itu banyak menjerumuskan manusia terutama para pemuda. Membuat manusia terbuai, sedikit demi sedikit hingga mereka terjerumus pada kemaksiatan dan mereka tidak menyadarinya.
            Ketika kita mengetahui hal-hal yang banyak menyebabkan seseorang masuk ke dalam syurga yaitu takwa dan berbuat baik, maka kita akan berusaha mendapatkannya, dan juga hal-hal yang menyebabkan seseorang masuk ke dalam neraka yaitu, mulut dan kemaluan, maka kita akan berusaha  untuk menjauhinya, adapun bunyi haditsnya adalah sebagai berikut:
حدثنا أبو كريب محمد بن العلاء, قال: حدثنا عبد الله بن ادريس, قال : حدثني أبي, عن جدي, عن أبي هريرة : قال سئل رسول الله صلى الله عليه و سلم عن أكثر ما يدخل الناس الجنة؟ فقال :  )تقوى الله و حسن الخلق), و سئل عن أكثر ما يدخل الناس النار؟ فقال: (الفم و الفرج).

Khutbah kedua

Doa dan sholat

Abu Ibrohim el-kartady


[1] Syekh ‘Utsaimin, Syarh Riyadhu Shalihin an-Nawawi, Juz II (Cet. I; kairo:  Dar al-‘Aqidah, 1423H/2002M), h. 488.
[2] Lihat, QS. Al-Imran: 133-135
[3] Lihat: HR Tirmidzi, dari abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, diriwayatkan juga oleh Ahmad. Dishahihkan Al-Bany dalam Ash-Shahihah No. 284 dan 751).
[4] Muhammad bin ‘isa bin Sauroh at-Tirmidzi, op.,cit, h.454.
[5] HR Tirmidzi, ia berkata: hadits hasan, dan dishahihkan oleh syaikh Al Salim Al Hilali.
[6] Lihat: Syekh ‘Utsaimin, op.,cit., h. 488-489.
[7] Ahmad bin Abdurrahman bin Qudamah, Mukhtashar Minhajul Qashidin, terj. Katur Suahardi, Minhajul Qashidin, Jalan orang-orang yang Mendapat Petunjuk (Cet. XII; Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006), h. 213.